A. Pengertian karya tulis ilmiah
Secara umum, suatu karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil
karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat
dipertanggungjawabkan dalam bentuk karangan atau tulisan ilmiah, dapat
pula disampaikan secara lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, dan
dapat melalui suatu bentuk demonstrasi. Dalam buku ini, pengertian
karya ilmiah lebih banyak ditekankan ilmiah. Dengan demikian, karangan
atau tulisan ilmiah adalah semua bentuk karangan yang memiliki kadar
ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya (sains, teknologi,
ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain- lain)
Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk
serta sifat yang formal karena isinya harus mengikuti
persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan seperangkat
keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan jelas (ABC
= accurate, brief, clear). Kendatipun demikian, melalui kreativitas dan
daya ungkap penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa agar
menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.
Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta
pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan
mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber,
baik teoretik maupun empirik. Karya ilmiah senantiasa bertolak dari
kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka
berpikir (paradigma, meminjam istilah Thomas Kuhn), dalam mengumpulkan
informasi-informasi secara empirik.
Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel lmiah
populer (esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam
bentuk khusus yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa
makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, yang masing-masing digunakan
sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1),
magister (S2), dan doktor (S3).
Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang
bersifat faktual (mengemukakan fakta), hipotesis (dugaan-dugaan),
konklusif (mengemukakan kesimpulan), dan implementatif (mengemukakan
rekomendasi atau saran-saran serta solusi). Suatu karya ilmiah yang
lebih komprehensif akan mengandung semua jenis keterangan atau informasi
tersebut.
Suatu karya ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir
ilmiah. Adapun pola berpikir yang digunakan dalam menghasilkan suatu
karya ilmiah adalah pola berpikir re.ektif, yaitu suatu proses berpikir
yang dilakukan dengan mengadakan re.eksi secara logis dan sistematis di
antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari jawaban
terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara
bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir re.ektif,
yaitu: (1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu
hambatan dalam pengalaman, (2) penempatan masalah atau kesulitan itu
pada proporsi yang sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan
tersebut, (3) timbulnya saran-saran berupa kemungkinan pemecahan masalah
atau kesulitan dalam bentuk rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan
sementara, (4) mengadakan persiapan-persiapan mental terhadap masalah
dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan informasi empirik, dan (5)
mengadakan observasi atau penelaahan lebih lanjut untuk menetapkan
apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang
diperoleh.
Dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah (academic writing) ini, T.L.
Kelley menambahkan satu langkah lagi yaitu memberikan penilaian dan
analisis terhadap penerimaan dan pemecahan masalah baru tersebut untuk
dipergunakan dalam kebutuhan pemecahan masalah yang akan datang.
Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir reflektif sangat
diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara
ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam
berpikir ilmiah ini.
Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya ilmiah
diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa,
sehingga dapat dipahami secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan
dengan menggunakan bahasa teknis ilmiah baik secara verbal maupun
nonverbal, misalnya, dengan simbol-simbol, model, bagan, tabel, grafik,
dan lain-lain. Cara memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan: (1)
memberikan nama atau simbol terhadap pokok-pokok pikiran yang akan
dijelaskan, (2) penjelasan secara historis, yaitu penjelasan suatu
pikiran dengan jalan menghubungkan pada kenyataan sebelumnya secara
logis, dan (3) penjelasan dengan korelasi empirik, yaitu memberikan
penjelasan suatu pikiran dengan menghubungkan dengan pikiran lain yang
terjadi bersamaan secara logis. Dilihat dari sifatnya, penjelasan ilmiah
dapat berupa penjelasan deskriptif, induktif, atau deduktif.
Kedua, pengertian atau definisi operasional – dalam kegiatan ilmiah,
termasuk penulisan karangan ilmiah, setiap pengertian yang terkandung di
dalamnya hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi kesamaan
persepsi, pandangan, visi, dan penafsiran penulis dan pembaca. Untuk
itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan,
beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara
eksplisit. Membuat dan merumuskan pengertian operasional dapat dilakukan
dengan membuat definisi atau sinonim dari hal-hal yang akan dijelaskan.
Di samping itu, pengertian operasional dapat dibuat dengan cara
mendeskripsikan secara jelas baik segi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri
yang dapat diidentifikasi.
Ketiga, berpikir kuantitatif – untuk lebih menjamin objektivitas
penyampaian pikiran atau keterangan, diperlukan adanya proses
kuantifikasi informasi yang diperoleh. Hal ini berarti perlunya data
kuantitatif sebagai pendukung (argumen) terhadap segala pikiran,
pendapat, gagasan, pernyataan, dan ungkapan yang akan dikemukakan.
Dapat dinyatakan bahwa secara epistemologis semua ikhtiar keilmuan
ditujukan untuk mencari kebenaran ilmiah (scientific truth). Akan
tetapi, apakah kebenaran ilmiah itu? Banyak pandangan filsafat diajukan,
dan tidak akan dibahas secara mendetail di sini. Apakah jalan menuju
kebenaran ilmiah itu harus selalu dilakukan melalui apa yang disebut
metode ilmiah, seperti yang secara konvensional dipahami selama ini?
Dalam buku-buku pengantar atau metode penelitian yang banyak beredar
sekarang, dikemukakan bahwa metode ilmiah adalah penerapan metode dan
prinsip-prinsip sains, yakni sistematis dan eksak. Data dikumpulkan
secara objektif, hipotesis dirumuskan dan diuji secara empiris atau
eksperimental. Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip
pengujian teori-teori melalui pendekatan hipotesis-deduktif yang berlaku
umum, sehingga memiliki tingkat generalitas yang tinggi. Akan tetapi,
apakah cara seperti itu akan selalu mengantar kita pada kebenaran
ilmiah?
Jika demikian, apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah adalah cara yang
ditempuh oleh ilmuwan untuk sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam menempuh
cara ini, dia dapat menggunakan kreativitas dan imajinasinya tanpa
harus selalu terikat kepada langkah-langkah yang baku sebab realitas dan
relung-relung keilmuan itu amat beragam. Yang penting adalah kita tidak
serampangan tetapi berpegang teguh pada disciplined inquiry, yaitu
ketat (rigorous) dan peduli akan kemungkinan terjadinya kekeliruan
(concern for error).
Tidak benar bahwa metode ilmiah yang satu lebih unggul dari metode
ilmiah yang lain tanpa meletakkan dalam konteks yang tepat. Oleh karena
itu, tidak ada keharusan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang
dilakukan oleh ilmu tertentu, misalnya, ilmu-ilmu sosial selalu
mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam ilmu-ilmu alam (sains),
demikian pula sebaliknya. Mitos seperti ini harus disingkirkan, sebab
kalau tidak akan menghambat kreativitas, imajinasi, dan rasa percaya
diri penulis dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar keilmuan yang spektrumnya
seluas proses berpikir, kreativitas, dan imajinasi manusia.
Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya memiliki pola atau struktur
dalam yang sama, yaitu dimulai dengan pendahuluan, kemudian analisis dan
pembahasan atau tubuh karangan, dan diakhiri dengan kesimpulan atau
penutup. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah penulisan pustaka
acuan atau rujuan yang dirujuk dalam tulisan ilmiah. Bentuk rincian
pola dasar tersebut sangat berkaitan dengan sifat dan bentuk atau jenis
karya ilmiah itu sendiri.
B. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui
kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik.
Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran,
ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan
terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian
kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu
peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi
maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi
(karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan
menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan
karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan
ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil
imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang
diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui
hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan
uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya
merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil
imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan
realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis
berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis
dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan
bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.
C. Langkah- langkah Mengarang
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul
adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis
berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang
akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal
yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi.
Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang
umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka
karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan
kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik
dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan
berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus
disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika
pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik
yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus.
Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka
topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi
yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama
pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman
letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang
ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan
melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah
kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi
atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan
perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan
pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai
dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan,
tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar
hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelompokan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang
tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau
berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang
salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang
tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.
D. Jenis karya tulis ilmiah
Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas:
(1) laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6) disertasi.
1. Laporan
Laporan adalah karangan yang dibuat setelah seseorang melakukan
eksperimen, peninjauan atau survei, observasi, pembacaan dan penelaahan
buku, penelitian, dan lain-lain. Informasi yang disampaikan dalam
laporan bisa bermacam-macam. Isinya bisa berupa hasil pengkajian atau
analisis suatu masalah yang berkembang di masyarakat atau mengemukakan
serta menemukan hasil penelitian.
Laporan penelitian adalah karangan yang dibuat setelah seseorang atau
sekelompok orang melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan
tersebut antara lain: penelitian survei, penelitian expost facto,
penelitian eksperimen, penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif,
penelitian analisis makna (content analysis), penelitian tindakan
(action research), penelitian historis, penelitian kebijakan, dan
penelitian analisis data sekunder.
Secara konvensional, laporan penelitian disusun dengan mengikuti pola
atau sistematika sebagai berikut: pendahuluan, kajian pustaka, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran
atau rekomendasi. Pada bagian pendahuluan laporan hendaknya dikemukakan
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat/kontribusi penelitian, dan definisi operasional. Pada kajian
pustaka berisi kajian teoretik, kerangka berpikir, dan hipotesis atau
pertanyaan penelitian. Pada metode penelitian hendaknya dikemukakan
rancangan/desain penelitian, wilayah generalisasi, subjek penelitian,
populasi dan sampel, cara/prosedur/pendekatan/teknik pengumpulan data,
dan analisis data. Pada bagian hasil penelitian dan pembahasan hendaknya
dikemukakan deskripsi tentang lokasi penelitian dan subjek penelitian,
analisis deskriptif data penelitian yang telah dikumpulkan, pelaksanaan
pengujian hipotesis atau uraian yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian (jika ada), interpretasi terhadap hasil
penelitian, dan pembahasan terhadap hasil penelitian dalam hubungannya
dengan teori-teori yang relevan atau hasil penelitian lain yang sejenis
dan relevan. Pada kesimpulan atau penutup hendaknya dikemukakan
kesimpulan hasil penelitian, diskusi, keterbatasan, implikasi, dan saran
atau rekomendasi.
2. Makalah
Makalah sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya
tulis yang memerlukan studi baik secara langsung, misalnya, observasi
lapangan ataupun secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera,
1982: 25). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan
ilmiah (lokakarya, seminar, simposium, konferensi, konvensi, diskusi
akademik, dan sebagainya). Apabila suatu makalah ilmiah akan dimuat
dalam majalah atau jurnal ilmiah sebagai suatu artikel jurnal, maka
penulis perlu menyesuaikan baik isi maupun teknik penulisannya dengan
ketentuan-ketentuan redaksi majalah/jurnal yang bersangkutan, atau dalam
bahasa jurnal dikenal dengan gaya selingkung (inhouse style).
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul,
(2) abstrak, (3) pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan,
dan (6) daftar pustaka. Makalah ilmiah yang sering disusun oleh
mahasiswa disebut dengan istilah term paper, biasanya disingkat paper.
Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu matakuliah, berupa
hasil pembahasan buku atau tulisan tentang isu-isu atau suatu
permasalahan yang sedang aktual di masyarakat.
Judul karangan merupakan semacam tanda pengenal karangan dan sekaligus
juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul
harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan
fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara
singkat, artinya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa
yang panjang tetapi judul harus berbentuk kata yang singkat. Jika tidak
dapat dihindari judul yang panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan untuk
membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang
panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judul
utama dan anak judul.
Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan,
ditulis secara naratif, dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga
paragraf atau sekitar 150–200 kata.
Pendahuluan makalah berisi latar belakang masalah yang disusun dalam
alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang
ada dengan situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein).
Dalam pembahasan makalah, hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek
studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Secara umum,
kesimpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya
berisi jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam
pendahuluan.
Daftar pustaka hanya memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam
penulisan dan disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama.
Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya ke kanan. Untuk
buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis,
tahun terbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan
nama penerbitnya.
Contoh
Rifai, Mien A.1997. Pegangan Gaya Penulisan Penyuntingan dan Penerbitan
Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama
penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan
singkatan resminya, nomor penerbitan dan halaman.
E. Ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam pembuatan karangan ilmiah:
1. Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan adalah kertas HVS
berukuran kuarto (21,5 x 28 cm). Untuk kulitnya, digunakan kertas yang
agak tebal.
2. Pengetikan menggunakan huruf tegak dan jelas (misalnya, Times New Roman) dengan ukuran 12.
3. Menggunakan tinta berwarna hitam.
4. Batas-batas pengetikan:
a pias atas 4 cm;
b pias bawah 3 cm;
c pias kiri 4 cm; dan
d pias kanan 3 cm.
5. sistematika karya ilmiah menggunakan sistematika secara umum
F. Sistematika Karya Ilmiah
Bagian Pembuka
1. Kulit Luar/Kover
a. Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul (jika ada)
b. Keperluan Penyusunan
c. Nama Penyusun
d. Nama Lembaga Pendidikan
e. Nama Kota
f. Tahun Penyusunan
2. Halaman Pengesahan
Dalam halaman ini dicantumkan nama guru pembimbing, kepala sekolah, dan tanggal, bulan, tahun persetujuan.
3. Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca
tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya singkat tapi
jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji syukur
kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah
4. Daftar Tabel
Tajuk Daftar Tabel dituliskan dengan huruf kapital semua dan terletak di tengah.
5. Daftar Grafik, Bagan, atau Skema
Pada dasarnya penulisannya hampir sama seperti penulisan Daftar Tabel.
6. Daftar Singkatan/Lambang
Penulisan sama dengan penulisan Daftar Tabel, Grafik, Bagan, atau Skema.
Bagian Inti Karangan
1. Bab Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis
yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini
dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal yang bersifat
umum sampai yang bersifat khusus.
Rumusan masalah
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan dan ini
ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan.
Tujuan
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul. Tujuan boleh lebih dari satu.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus sesuai
dengan tujuan pembahasan
Landasan Teori
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah kerja
sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang diteliti.
Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab be rikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta cukup mencakup masalah yang
dibahas.
Sumber data atau kajian pustaka
Sumber data atau kajian pustaka yang digunakan penulis karangan ilmiah
biasanya adalah kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil
observasi), interview, seminar, diskusi, dan sebagainya.
Metode dan teknik
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara mencari data bagi suatu penulisan,
ada yang secara deduktif dan atau induktif. Mencari data dapat dilakukan
dengan cara studi pustaka, penelitian lapangan, wawancara, seminar,
diskusi, dan lain sebagainya.
2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik wawancara, angket,
daftar kuesioner, dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan masalah
yang dibahas
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan adalah suatu tulisan mengenai isi pokok secara
garis besar dari bab I sampai bab terakhir atau kesimpulan dari suatu
karangan ilmiah. Berdasarkan landasan teori
2. Bab Analisis/Bab Pembahasan
Bab ini merupakan bagian pokok dari sebuah karangan ilmiah,yaitu
masalah-masalah akan dibahas secara terperinci dan sistematis. Jika bab
pembahasan cukup besar, penulisan dapat dijadikan dalam beberapa anak
bab.
3. Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang
telah dilakukan. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan
relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan.
Yang dimaksudkan dengan saran adalah saran penulis tentang metode
penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, atau beberapa saran
yang ada relevansinya dengan hambatan yang dialami selama penelitian.
Bagian Penutup
1. Daftar Pustaka
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan penyusunan
karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk artikel, makalah,
skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang
atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor
urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan
adalah judul pustaka.
2. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)
3. Penulisan Indeks (jika diper lukan)
G. Menulis Laporan Hasil Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan
masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam pengambilan
kesimpulan. Penelitian tidak hanya sistematis, tetapi juga harus
dilakukan dengan metode ilmiah.
Sebuah penelitian pada awalnya harus ada masalah yang akan dicari
pemecahannya. Pemecahan itu harus ditempuh secara ilmiah, sistematis,
dan logis. Fakta yang dihadapai harus merupakan fakta empiris dan
penyelidikannya dilakukan secara berhati-hati serta bersifat obyektif.
Suatu penelitian dikerjakan melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap pelaporan (All, 1985 : 23-26)
Tahap perencanaan terdiri atas perumusan masalah, pendahuluan,
penyusunan rancangan penelitian. Dalam tahap pelaksanaan meliputi
pengumpulan data, pengelompokan, dan analisis. Tahap berikutnya, tahap
pelaporan, diisi dengan kegiatan penulisan dan penggandaan hasil
penelitian agar dapat dibaca, diketahui, dan dimanfaatkan oleh orang
lain yang memerlukannya.
2. Teknik-teknik penelitian, yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
– Teknik kuantitatif merupakan teknik yang menggunakan perhitungan angka
seperti penelitian survei, korelasional, eksperimental, kasus,
tindakan, dan sejenisnya. Sedangkan
– Teknik kualitatif yang tidak menggunakan perhitungan angka, bisa berupa penelitian isi, riwayat hidup, dan sejenisnya.
Berikut ini disajikan secara berturut-turut contoh format sebuah
penelitian, bagan arus kegiatan penelitian, bagan komponen rancangan
penelitian, daftar isi laporan penelitian, dan artikel hasil penelitian.
3. Format Laporan Penelitian Penelitian Kuantitatif
a. Bab I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah (bila diperlukan) dengan pengertia
berikut ini.
1) Latar belakang penelitian berisi penjelasan secara argumentatif
bagaimana penelitian sampai pada keputusan untuk melakukan penelitian
(sesuai dengan topik yang tertera dalam judul penelitian), dengan
menunjukkan adanya masalah dan signifikansi penelitian.
2) Identifikasi masalah berisi rumusan masalah yang relevan dengan judul penelitian.
3) Pembatasan masalah memuat pernyataan peneliti tentang ruang lingkup
penelitian yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
metodologis, kelayakan di lapangan dan keterbatasan yang ada pada
peneliti tanpa mengorbankan kebermaknaan, konsep, atau judul penelitian.
4) Perumusan masalah berisi rumusan permasalahan penelitian yang
berwujud kalimat pernyataan atau pertanyaan dan dapat dibagi atas
beberapa subpermasalahan.
5) Tujuan penelitian berupa pernyataan tentang target penelitian.
6) Kegunaan atau manfaat penelitian berisi penjelasan tentang kegunaan
atau manfaat hasil penelitian bagi pihak tertentu, baik yang bersifat
teoritis maupun praktis.
7) Batasan istilah berisi batasan-batasan yang digunakan dalam
penelitian agar antara peneliti dan pembaca memiliki pemahaman atau
persepsi yang sama.
b. Bab II Kajian Teori
Bab ini berisi deskripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka pikir
dan pengajuan hipotesis atau alternatifnya, dengan pengertian sebagai
berikut.
1) Deskripsi teori merupakan penjelasan tentang teori yang relevan
dengan masalah penelitian agar diperoleh suatu legitimasi konseptual.
Unsur-unsur suatu teori hendaknya tampak jelas, misalnya definisi dan
asumsi.
2) Penelitian yang relevan berisi kajian berbagai hasil penelitian orang
lain yang relevan dengan masalah penelitian. Subbab ini dapat
dijadikan satu dengan sub bab deskripsi teori di atas.
3) Kerangka pikir berupa uraian tentang pola hubungan antarubahan atau
antarkonsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah penelitian.
4) Pengajuan hipotesis berisi rumusan hipotesis penelitian yang disusun
berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat. Hipotesis dirumuskan
secara rinci, jelas, singkat, dan lugas serta mengikuti aturan atau
kebiasaan dalam penelitian.
Bab ini tidak harus diberi judul kajian teori, tetapi dapat diberi judul
sesuai dengan topik tujuan. Bab ini secara fleksibel bisa disusun
menjadi beberapa subbab sesuai kebutuhan.
c. Bab III. Cara Penelitian
Bagian ini berisi desain penelitian, variabel penelitian, subjek
penelitian, pengumpulan data, teknik analisis data, hipotesis statistik,
dan definisi operasional.
1) Desain penelitian berupa penjelasan tentang rancangan penelitian,
mulai dari jenis penelitian sampai pada penjelasan tentang ciri-ciri
jenis penelitian tersebut.
2) Variabel penelitian memuat jenis, ciri, dan skala variabel penelitian.
3) Subjek penelitian memuat jenis dan pemerian populasi, besaran sampel
dan teknik pengambilan sampel, serta probabilitas kesalahan sampling
(apabila diperlukan) disertai rasionalnya.
4) Pengumpulan data berupa penjelasan tentang bagaimana data penelitian
diperoleh. Subbab ini dapat disajikan dalam dua bagian, yaitu
penjelasan tentang instrumen pengumpulan data dan teknik pengumpulan
data (elisitasi)
Instrumen pengumpulan data
(1) Pemerian jenis instrumen meliputi jenis instrumen, prosedur
pengembangan instrumen, sifat-sifat yang dimiliki, dan contoh (apabila
dimungkinkan)
(2) Pemerian kesahihan (validitas) yang dimiliki instrumen beserta bukti (data) pendukung
(3) Pemerian jenis kehandalan yang dimiliki instrumen beserta bukti (data) pendukung
(4) Untuk instrumen yang berupa tes, disertai butir analisis tes
5) Teknik pengumpulan data
Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah pengambilan data. Dalam hal
ini, termasuk penelitian, simulasi, uji coba, dan kegiatan lain yang
dialami oleh petugas pengumpul data. Dapat pula dimasukkan hal-hal
konkret yang berhubungan dengan tempat, waktu, dan cara pengumpulan
data. Apabila ada hal-hal atau kejadian yang signifikan yang diduga akan
berpengaruh terhadap analisis data, perlu diuraikan atau dijelaskan
pula dalam bagian ini.
6) Teknik analisis data, bagian ini memuat penjelasan secara rasional mengenai hal-hal berikut:
(1) unit analisis
(2) tes prasyarat uji statistik (apabila ada)
(3) teknik analisis statistik, dan
(4) kriteria penerimaan hipotesis
7) Hipotesis statistik (apabila ada) berupa sajian hipotesis dalam bentuk rumusan masalah.
Definisi operasional variabel berupa batasan-batasan yang digunakan
dalam penelitian yang berkenaan dengan sejumlah variabel yang ada.
d. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian tentang hasil atau temuan penelitian dan pembahasannya dapat disajikan dalam suatu kesatuan atau terpisah.
1) Hasil penelitian berupa sajian tentang hasil analisis data. Penyajian
ini disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pertanyaan dan atau
hipotesis penelitian. Untuk memperjelas penyajian secara visual, tabel
atau gambar dapat digunakan
2) Pembahasan hasil penelitian berupa sajian tentang penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil penelitian. Penafsiran dan pemaknaan
harus didukung dengan rujukan-rujukan yang relevan dalam sajian
pembahasan temuan ini penelitian ini, terdapat pula penjelasan mengapa
dan bagaimana hasil penelitian itu terjadi atau tidak terjadi.
3) Diskusi berupa penjelasan tentang hasil penelitian. Kegagalan
pembuktian hipotesis perlu didiskusikan dengan menunjukkan fakta,
faktor, dan sebab-sebab yang memungkinkan terjadinya “kegagalan”
tersebut
e. Bab V. Penutup
Bagian ini terdiri dari simpulan, diskusi, implementasi, serta saran. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1) Simpulan memuat butir-butir penting temuan penelitian. Penyajian
simpulan ini disusun menurut jumlah, uraian masalah, dan hipotesis
penelitian. Fakta-fakta penting, misalnya angka-angka statistik, dapat
disebutkan kembali pada bagian ini dengantetap menjaga keringkasan dan
kelugasan sajian.
2) Implikasi berupa penjelasan tentang konsekuensi adanya
temuannpenelitian, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Berdasarkan temuan penelitian, peneliti berhak menyatakan bahwa
penelitiannya telah memperkuat teori yang digunakan dalam kerangka teori
penelitian, atau meragukan teori tersebut, atau menemukansatu teori
baru.
3) Saran-saran yang disampaikan oleh peneliti harus dirumuskan secara
konkret dan operasional serta berhubungan langsung dengan permasalahan
penelitian. Saran-saran juga dapat diajukan untuk penyelenggaraan
penelitian lanjutan, baik yang bersifat pengulangan maupun penelitian
baru, dengan menyebutkan komponen yang perlu ditekankan dalam penelitian
lanjutan tersebut.
H. Proposal
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak kegiatan yang dilakukan, baik
secara individu maupun secara kelompok. Setiap kegiatan yang dilakukan
tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan harapan yang ingin
diraih. Penetapan tujuan kegiatan itu penting sebagai arah kegiatan yang
akan dilakukan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sebaiknya dibuat rencana kegiatannya
terlebih dahulu agar semua kegiatan terencana dan terarah dengan baik.
Rencana kegiatan tersebut dikenal dengan nama proposal yang di dalamnya
memuat program-program kegiatan. Rencana kegiatan tersebut, berisi
strategi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir. Maka dari itu,
Proposal dapat didefinisikan sebagai rencana kerja yang disusun secara
sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal
Contoh format penyusunan proposa kegiatan
1. Nama kegiatan (Judul)
Nama kegiatan/judul yang akan dilaksanakan tercermin dalam judul proposal.
2. Latar belakang
Latar belakang proposal berisi pokok-pokok pemikiran dan alasan perlunya diadakan kegiatan tertentu.
3. Tujuan
Penyusunan proposal harus merumuskan tujuan sedemikian rupa agar target
yang akan dicapai dapat dirasakan oleh pembaca proposal. Oleh karena
itu,tujuan harus dijabarkan supaya tampak manfaatnya.
4. Tema
Tema adalah hal yang mendasari kegiatan tersebut.
5. Sasaran/peserta
Penyusun proposal harus menetapkan secara tegas siapa yang akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
6. Tempat dan waktu kegiatan
Dalam proposal harus dituliskan secara jelas kapan dan di mana kegiatan akan dilaksanakan.
7. Kepanitiaan
Penyelenggara atau susunan panitia harus dicantumkan dalam proposal dan ditulis secara rinci.
8. Rencana anggaran kegiatan
Penulis proposal harus menyusun anggaran biaya yang logis dan realistis,
serta memperhatikan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
9. Penutup
Berisi ucapan terima kasih
I. Artikel Dan Majalah Dinding
1. Definisi Artikel
Artikel dapat didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis
suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud menjelaskan siapa, apa,
kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa fenomena itu terjadi.
Artikel dapat menawarkan wawasan baru, baik berupa teori maupun keterampilan atau alternatif pemecahan masalah.
Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada umumnya
dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan yang berbentuk
eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif
atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan,
agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi,
kesusastraan, hukum, dan lain-lain.
Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi. Karangan
yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan
pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk
tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta-fakta, analisis
fakta-fakta itu, dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semua ini
merupakan argumentasi yang digunakan oleh pengarang untuk meyakinkan
pembaca.
Definisi artikel atau pengertian artikel dibahas oleh berbagai tulisan
dan literatur, namun definisi yang paling ringkas dan paling sederhana
adalah definisi artikel menurut kamus besar bahasa indonesia. Menurut
KBBI, pengertian artikel adalah “karya tulis lengkap” misalnya laporan
berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini sebuah artikel
idealnya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas.
Oleh karena itu, beberapa orang kemudian mencoba untuk merinci ciri-ciri sebuah artikel, yakni;
a. Lugas
b. Logis
c. Tuntas
d. Obyektif
e. Cermat
f. Jelas dan padat
Akan tetapi, karena tidak ada aturan baku sebuah artikel, maka sebagian
orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel diatas karena
penulisa artikel bisa tergantung karena tujuan dituliskannya artikel.
Tujuan penulisan artikel paling misalnya;
a. Tujuan Penugasan
Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tujuan untuk menulis sebuah artikel.
b. Tujuan Informasi
Artikel yang tujuannya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
c. Tujuan Persuasi (membujuk)
Artikel yang mengulas sesuatu hal yang didalamnya terkandung muatan
pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu
barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi
akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita
diabetes. Secara tidak langsung, ini menjadi sanggahan akan ciri
obyektif sebuah artikel yang telah disebutkan diatas.
d. Tujuan Entertainment
Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
e. Tujuan Eksistensi
Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
f. Tujuan Kreatif
Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
g. Tujuan Pemecahan masalah
Yakni artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa batas-batas
dari penulisan artikel bisa menjadi lebih luas. Dengan kata lain,
definisi artikel atau pengertian artikel bisa tergantung pada konteks
keilmuan yang dihadapi oleh seorang penulis artikel
2. Majalah Dinding
Sebagai pelajar, Anda tentu menjadi bagian dari kalangan intelektual.
Kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah kegiatan penulisan
artikel yang dipublikasikan melalui majalah dinding atau mading. Latihan
ini akan sangat berguna untuk mengasah kemampuan Anda dalam
mempersiapkan diri masuk kalangan intelektual.
Mengingat pentingnya latihan menulis artikel ini, maka perlu adanya
rencana untuk membuat majalah dinding. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan majalah dinding adalah sebagai berikut.
a. Jarak pandang, majalah dinding harus dapat dibaca jelas pada jarak + 2 m. Tata Letak untuk majalah dinding
b. Layout (tata letak), jangan hanya memperhitungkan segi
seni/keindahan, tetapi utamakan kenyamanan dan kejelasan membaca.
Majalah dinding + berukuran 60 x
c. Ukuran 80 cm, atau disesuaikan tempat.
d. Isi artikel, artikel harus bersifat netral atau tidak ada tujuan memihak siapapun. Setiap majalah dinding yang dibuat
e. Tema , harus fokus pada satu tema, misalnya lingkungan, sosial, seni, musik, dan lain-lain.
f. Pembaca,harus disesuaikan dengan calon pembaca.
g. Bahasa, agar terbiasa dengan bahasa baku, usahakan setiap tulisan menggunakan bahasa baku yang tetap menarik.
h. Isi madding, Opini, fakta, problematika masalah pelajar dan
penyelesaiannya, TTS, pengetahuan baru secara teori atau keterampilan,
karikatur, sastra, pojok (berisi humor, pesan, tulisan singkat), dan
lain-lain.
J. Macam-macam Paragraf
Berikut ini uraian singkat mengenai macam-macam paragraf beserta contoh-contohnya.
Ada 5 macam paragraf:
1. Narasi: paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir
seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka
pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki
berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang
ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia
semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka
lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap
menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak
sadarkan diri.
2. Deskripsi: paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca
seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu.
Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.
Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya
membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat
bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip
dengan para wanita palestina.
3. Eksposisi: paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat,
atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah
mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan
terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul
didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang
persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa
bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk
menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
4. Argumentasi: paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain
tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan ”meta
penampilan” siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter
manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan
negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa
maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
5. Persuasi: paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros
dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun
kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah
jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK)
secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak
cukup untuk itu.
K. Pola pengembangan paragraf
Pola pengembangan paragar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah ;
1. pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang diawali dengan hal-hal yang
bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat khusus. Pada
paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf
2. Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal
yang khusus ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya
berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraph induktif dibagi
menjadi beberapa bagian antara lain :
a. Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang mempunyai
harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak dicari karena
harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari
penggemar tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani
dan gelombang cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua
jenis anthurium ikut diburu penggemar tanaman hias karena memiliki
harga yang tinggi
b. Analogi, Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau
lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya. Indahnya gelombang
cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang yang
dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga
dengan gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk
dinikmati. Dengan demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak
pada gelombang yang dihasilkan
c. Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab
akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau
kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai
gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga gelombang cinta
juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta membuat orang
ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin membudidayakan
gelombang cinta.
d. Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat
sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau
kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai
gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar took.
Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk, ada
yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan
Koran. Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di took itu
sangat murah
3. Pola Pengembangan Paragraf Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama.
Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang
dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
4. Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf.
5. Pola pengembangan paragraf ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf
Sumber :
http://sugikmaut.blog.com/?p=15