Senin, 26 Maret 2012

JENIS-JENIS PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut: Tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi, dan analisis & jenis data. 
1. Penelitian Menurut Tujuan 
a. Penelitian Terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. 
b. Penelitian Murni/Dasar adalah penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah dalam organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. 
2. Penelitian Menurut Metode. 
a. Penelitian Survey 
Penelitian yang dilakukan pada popolasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosilogis maupun psikologis. 
b. Penelitian Ex Post Facto 
Yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. 
c. Penelitian Eksperimen 
Yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti. 
d. Penelitian Naturalistic 
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alami (sebagai lawannya) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Contoh : Sesaji terhadap keberhasilan bisnis. 
e. Policy Research 
Yaitu suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah. 
f. Action Research 
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, dan pranata. 
g. Penelitian Evaluasi 
Merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. 

h. Penelitian Sejarah 
Berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh, sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. 
3. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi 
Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. 
a. Penelitian Deskriptif 
Adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain. 
b. Penelitian Komparatif 
Adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. VariabelPenelitian expost Facto, Deskriptif, Komperatif, Penelitian Asosiatifnya masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. 
c. Penelitian Asosiatif/Hubungan 
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. 
4. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis 
Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Untuk penelitian kualitatif dan kuantitatif ini akan di bahas lebih depai pada bab tersendiri.


Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2026135-jenis-jenis-penelitian/#ixzz1qD4Rdo5V

Perbedaan antara Metode Penelitian Eksperimen dengan Metode Penelitian Ex post facto



a. Pengertian
1) Metode Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat.
Suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti.
Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010).
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian meruntut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ex post facto bertujuan untuk melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.
b. Tema/ Judul
1) Metode Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen menggunakan variable bebas aktif yaitu peneliti dapat dengan mudah menentukan siapa yang menjadi responden secara bebas. Pada judul, nanti akan timbul sebab-akibat.
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Penelitian ex post facto menggunakan variabel bebas atribut yaitu peneliti tidak dapat menentukan responden secara bebas artinya responden tersebut telah ada sebelum penelitian tersebut. Pada judul tersirat faktor -faktor yang mempengaruhi suatu hal yang akan diteliti yang berasal dari sebab permasalahan yang sekarang terjadi.
c. Rumusan Masalah
1) Metode Penelitian Eksperimen
Rumusan masalahnya menggunakan rumusan masalah komparatif. Yaitu rumusan masalah dimana peneliti membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Selain itu rumusan masalah pada penelitian eksperimen juga bisa menggunakan rumusan asosiatif. Rumusan asosiatif yaitu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Rumusan masalah yang digunakan menggunakan rumusan masalah deskiptif yaitu sutu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).
d. Kerangka Teori
1) Metode Penelitian Eksperimen
Pada kerangka teori penelitian ekperimen menggunakan kerangka teori yang bersifat fungsional. Dimana teori tersebut tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali yang mempengaruhi data.
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Pada kerangka teori penelitian ex post facto menggunakan kerangka teori yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.
e. Hipotesis
1) Metode Penelitian Eksperimen
Bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antar variabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu.
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ex post facto adalah hipotesis diskriptif, yaitu merupakan jawaban sementara terhadap masalah diskriptif yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
f. Cara Analisis
1) Metode Penelitian Eksperimen
Apabila datanya berbentuk nominal maka digunakan teknik statistik : koefisien kontingensi.
Apabila datanya berbentuk ordinal, maka menggunakan korelasi spearman rank dan korelasi kendal tau.
Apabila datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan statistik : korelasi poduk moment, korelasi ganda, korelasi parsial, dan analisis regresi.
2) Metode Penelitian Ex Post Facto
Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik: binomial dan chi kuadrat satu sampel
Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run test
Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu sampel.
2. Perbedaan antara Metode Penelitian Korelasional dengan Metode Penelitian Komparatif
a. Pengertian
1) Metode Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian ada peneliti lain seperti di antaranya Nazir dalam Sukardi (2008:166); mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi, karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.

2) Metode Penelitian Komparatif
Penelitian kompaatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.


b. Tema/ Judul
1) Metode Penelitian Korelasional
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

2) Metode Penelitian Komparatif
Adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.

c. Rumusan Masalah
1) Metode Penelitian Korelasional
Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah asosiatif. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

2) Metode Penelitian Komparatif
Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda.

d. Kerangka Teori
1) Metode Penelitian Korelasional
Pada kerangka teori penelitian korelasional menggunakan kerangka teori yang bersifat fungsional. Dimana teori tersebut tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali yang mempengaruhi data.

2) Metode Penelitian Komparatif
Pada kerangka teori penelitian komparatif menggunakan kerangka teoi yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.

e. Hipotesis
1) Metode Penelitian Korelasional
Hipotesis pada penelitian korelasional menggunakan hipotesis asosiatif. Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan dua variabl atau lebih.

2) Metode Penelitian Komparatif
Hipotesis pada penelitian komparatif menggunakan hipotesis komparatif. Hipotesis komparatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif, pada rumusan ini variabelnya sama tapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

f. Cara Analisis
1) Metode Penelitian Korelasional
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2) Metode Penelitian Komparatif
Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik: binomial dan chi kuadrat satu sampel
Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run test
Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu sampel.

Minggu, 25 Maret 2012

WestLife - More Than Word

Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel
More than words is all you have to do to make it real
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know

What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you

Is more than words
Is more than what you say
Is thing you do (oh yeah)

Is more than words
Is more than what you say
Is thing you do (oh yeah)

Now I've tried to talk to you and make you understand
All you have to do is close your eyes
And just reach out your hands and touch me
Hold me close don't ever let me go
More than words is all I ever needed you to show
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know

What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you

Kamis, 22 Maret 2012

Maafkan _Nikita Willy

telah tiba waktunya untukku menyatakan
padamu sebenarnya apa yang ku rasa
maafkan hati ini
yang tak bisa berhenti menyayangimu
walau ku tak bisa menjadi milikmu
juga sebagai yang tercinta di hidupmu
kekasih yang ku cinta, kekasih yang ku mau
ku tahu saat ini kau masih ragu
maafkan hati ini
yang tak bisa berhenti menyayangimu
walau ku tak bisa menjadi milikmu
juga sebagai yang tercinta di hidupmu
maafkan hati ini
yang tak bisa berhenti menyayangimu
walau ku tak bisa menjadi milikmu
juga sebagai yang tercinta
sungguh bukan maksudku
untuk memaksamu menjadi milikku
yang selama ini sudah menemaniku
dan sebagai yang tercinta di hatiku

KARYA TULIS ILMIAH


KARYA TULIS ILMIAH

A. Pengertian karya tulis ilmiah
Secara umum, suatu karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk karangan atau tulisan ilmiah, dapat pula disampaikan secara lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, dan dapat melalui suatu bentuk demonstrasi. Dalam buku ini, pengertian karya ilmiah lebih banyak ditekankan ilmiah. Dengan demikian, karangan atau tulisan ilmiah adalah semua bentuk karangan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya (sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain- lain)
Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan seperangkat keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan jelas (ABC = accurate, brief, clear). Kendatipun demikian, melalui kreativitas dan daya ungkap penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.
Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teoretik maupun empirik. Karya ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir (paradigma, meminjam istilah Thomas Kuhn), dalam mengumpulkan informasi-informasi secara empirik.
Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel lmiah populer (esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam bentuk khusus yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, yang masing-masing digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).
Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang bersifat faktual (mengemukakan fakta), hipotesis (dugaan-dugaan), konklusif (mengemukakan kesimpulan), dan implementatif (mengemukakan rekomendasi atau saran-saran serta solusi). Suatu karya ilmiah yang lebih komprehensif akan mengandung semua jenis keterangan atau informasi tersebut.
Suatu karya ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Adapun pola berpikir yang digunakan dalam menghasilkan suatu karya ilmiah adalah pola berpikir re.ektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan mengadakan re.eksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir re.ektif, yaitu: (1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu hambatan dalam pengalaman, (2) penempatan masalah atau kesulitan itu pada proporsi yang sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan tersebut, (3) timbulnya saran-saran berupa kemungkinan pemecahan masalah atau kesulitan dalam bentuk rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara, (4) mengadakan persiapan-persiapan mental terhadap masalah dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan informasi empirik, dan (5) mengadakan observasi atau penelaahan lebih lanjut untuk menetapkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang diperoleh.
Dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah (academic writing) ini, T.L. Kelley menambahkan satu langkah lagi yaitu memberikan penilaian dan analisis terhadap penerimaan dan pemecahan masalah baru tersebut untuk dipergunakan dalam kebutuhan pemecahan masalah yang akan datang.
Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir reflektif sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah ini.
Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya ilmiah diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan bahasa teknis ilmiah baik secara verbal maupun nonverbal, misalnya, dengan simbol-simbol, model, bagan, tabel, grafik, dan lain-lain. Cara memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan: (1) memberikan nama atau simbol terhadap pokok-pokok pikiran yang akan dijelaskan, (2) penjelasan secara historis, yaitu penjelasan suatu pikiran dengan jalan menghubungkan pada kenyataan sebelumnya secara logis, dan (3) penjelasan dengan korelasi empirik, yaitu memberikan penjelasan suatu pikiran dengan menghubungkan dengan pikiran lain yang terjadi bersamaan secara logis. Dilihat dari sifatnya, penjelasan ilmiah dapat berupa penjelasan deskriptif, induktif, atau deduktif.
Kedua, pengertian atau definisi operasional – dalam kegiatan ilmiah, termasuk penulisan karangan ilmiah, setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi kesamaan persepsi, pandangan, visi, dan penafsiran penulis dan pembaca. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit. Membuat dan merumuskan pengertian operasional dapat dilakukan dengan membuat definisi atau sinonim dari hal-hal yang akan dijelaskan. Di samping itu, pengertian operasional dapat dibuat dengan cara mendeskripsikan secara jelas baik segi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang dapat diidentifikasi.
Ketiga, berpikir kuantitatif – untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian pikiran atau keterangan, diperlukan adanya proses kuantifikasi informasi yang diperoleh. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung (argumen) terhadap segala pikiran, pendapat, gagasan, pernyataan, dan ungkapan yang akan dikemukakan.
Dapat dinyatakan bahwa secara epistemologis semua ikhtiar keilmuan ditujukan untuk mencari kebenaran ilmiah (scientific truth). Akan tetapi, apakah kebenaran ilmiah itu? Banyak pandangan filsafat diajukan, dan tidak akan dibahas secara mendetail di sini. Apakah jalan menuju kebenaran ilmiah itu harus selalu dilakukan melalui apa yang disebut metode ilmiah, seperti yang secara konvensional dipahami selama ini?
Dalam buku-buku pengantar atau metode penelitian yang banyak beredar sekarang, dikemukakan bahwa metode ilmiah adalah penerapan metode dan prinsip-prinsip sains, yakni sistematis dan eksak. Data dikumpulkan secara objektif, hipotesis dirumuskan dan diuji secara empiris atau eksperimental. Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip pengujian teori-teori melalui pendekatan hipotesis-deduktif yang berlaku umum, sehingga memiliki tingkat generalitas yang tinggi. Akan tetapi, apakah cara seperti itu akan selalu mengantar kita pada kebenaran ilmiah?
Jika demikian, apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah adalah cara yang ditempuh oleh ilmuwan untuk sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam menempuh cara ini, dia dapat menggunakan kreativitas dan imajinasinya tanpa harus selalu terikat kepada langkah-langkah yang baku sebab realitas dan relung-relung keilmuan itu amat beragam. Yang penting adalah kita tidak serampangan tetapi berpegang teguh pada disciplined inquiry, yaitu ketat (rigorous) dan peduli akan kemungkinan terjadinya kekeliruan (concern for error).
Tidak benar bahwa metode ilmiah yang satu lebih unggul dari metode ilmiah yang lain tanpa meletakkan dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, tidak ada keharusan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh ilmu tertentu, misalnya, ilmu-ilmu sosial selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam ilmu-ilmu alam (sains), demikian pula sebaliknya. Mitos seperti ini harus disingkirkan, sebab kalau tidak akan menghambat kreativitas, imajinasi, dan rasa percaya diri penulis dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar keilmuan yang spektrumnya seluas proses berpikir, kreativitas, dan imajinasi manusia.
Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya memiliki pola atau struktur dalam yang sama, yaitu dimulai dengan pendahuluan, kemudian analisis dan pembahasan atau tubuh karangan, dan diakhiri dengan kesimpulan atau penutup. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah penulisan pustaka acuan atau rujuan yang dirujuk dalam tulisan ilmiah. Bentuk rincian pola dasar tersebut sangat berkaitan dengan sifat dan bentuk atau jenis karya ilmiah itu sendiri.
B. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik. Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran, ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi (karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.
C. Langkah- langkah Mengarang
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi. Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan, tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelompokan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.
D. Jenis karya tulis ilmiah
Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas:
(1) laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6) disertasi.
1. Laporan
Laporan adalah karangan yang dibuat setelah seseorang melakukan eksperimen, peninjauan atau survei, observasi, pembacaan dan penelaahan buku, penelitian, dan lain-lain. Informasi yang disampaikan dalam laporan bisa bermacam-macam. Isinya bisa berupa hasil pengkajian atau analisis suatu masalah yang berkembang di masyarakat atau mengemukakan serta menemukan hasil penelitian.
Laporan penelitian adalah karangan yang dibuat setelah seseorang atau sekelompok orang melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan tersebut antara lain: penelitian survei, penelitian expost facto, penelitian eksperimen, penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian analisis makna (content analysis), penelitian tindakan (action research), penelitian historis, penelitian kebijakan, dan penelitian analisis data sekunder.
Secara konvensional, laporan penelitian disusun dengan mengikuti pola atau sistematika sebagai berikut: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran atau rekomendasi. Pada bagian pendahuluan laporan hendaknya dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/kontribusi penelitian, dan definisi operasional. Pada kajian pustaka berisi kajian teoretik, kerangka berpikir, dan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Pada metode penelitian hendaknya dikemukakan rancangan/desain penelitian, wilayah generalisasi, subjek penelitian, populasi dan sampel, cara/prosedur/pendekatan/teknik pengumpulan data, dan analisis data. Pada bagian hasil penelitian dan pembahasan hendaknya dikemukakan deskripsi tentang lokasi penelitian dan subjek penelitian, analisis deskriptif data penelitian yang telah dikumpulkan, pelaksanaan pengujian hipotesis atau uraian yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (jika ada), interpretasi terhadap hasil penelitian, dan pembahasan terhadap hasil penelitian dalam hubungannya dengan teori-teori yang relevan atau hasil penelitian lain yang sejenis dan relevan. Pada kesimpulan atau penutup hendaknya dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, keterbatasan, implikasi, dan saran atau rekomendasi.
2. Makalah
Makalah sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya tulis yang memerlukan studi baik secara langsung, misalnya, observasi lapangan ataupun secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera, 1982: 25). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, simposium, konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan sebagainya). Apabila suatu makalah ilmiah akan dimuat dalam majalah atau jurnal ilmiah sebagai suatu artikel jurnal, maka penulis perlu menyesuaikan baik isi maupun teknik penulisannya dengan ketentuan-ketentuan redaksi majalah/jurnal yang bersangkutan, atau dalam bahasa jurnal dikenal dengan gaya selingkung (inhouse style).
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul, (2) abstrak, (3) pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar pustaka. Makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilah term paper, biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu matakuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan tentang isu-isu atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat.
Judul karangan merupakan semacam tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi judul harus berbentuk kata yang singkat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judul utama dan anak judul.
Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif, dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150–200 kata.
Pendahuluan makalah berisi latar belakang masalah yang disusun dalam alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein).
Dalam pembahasan makalah, hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Secara umum, kesimpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
Daftar pustaka hanya memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam penulisan dan disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama. Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya ke kanan. Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis, tahun terbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama penerbitnya.
Contoh
Rifai, Mien A.1997. Pegangan Gaya Penulisan Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan singkatan resminya, nomor penerbitan dan halaman.
E. Ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam pembuatan karangan ilmiah:
1. Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan adalah kertas HVS berukuran kuarto (21,5 x 28 cm). Untuk kulitnya, digunakan kertas yang agak tebal.
2. Pengetikan menggunakan huruf tegak dan jelas (misalnya, Times New Roman) dengan ukuran 12.
3. Menggunakan tinta berwarna hitam.
4. Batas-batas pengetikan:
a pias atas 4 cm;
b pias bawah 3 cm;
c pias kiri 4 cm; dan
d pias kanan 3 cm.
5. sistematika karya ilmiah menggunakan sistematika secara umum
F. Sistematika Karya Ilmiah
Bagian Pembuka
1. Kulit Luar/Kover
a. Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul (jika ada)
b. Keperluan Penyusunan
c. Nama Penyusun
d. Nama Lembaga Pendidikan
e. Nama Kota
f. Tahun Penyusunan
2. Halaman Pengesahan
Dalam halaman ini dicantumkan nama guru pembimbing, kepala sekolah, dan tanggal, bulan, tahun persetujuan.
3. Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3) kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6) tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah
4. Daftar Tabel
Tajuk Daftar Tabel dituliskan dengan huruf kapital semua dan terletak di tengah.
5. Daftar Grafik, Bagan, atau Skema
Pada dasarnya penulisannya hampir sama seperti penulisan Daftar Tabel.
6. Daftar Singkatan/Lambang
Penulisan sama dengan penulisan Daftar Tabel, Grafik, Bagan, atau Skema.
Bagian Inti Karangan
1. Bab Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
Rumusan masalah
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan dan ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat pertanyaan.
Tujuan
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan judul. Tujuan boleh lebih dari satu.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas. Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus sesuai dengan tujuan pembahasan
Landasan Teori
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang diteliti.
Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data-data otentik yang ada, pada bab-bab be rikutnya. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta cukup mencakup masalah yang dibahas.
Sumber data atau kajian pustaka
Sumber data atau kajian pustaka yang digunakan penulis karangan ilmiah biasanya adalah kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil observasi), interview, seminar, diskusi, dan sebagainya.
Metode dan teknik
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara mencari data bagi suatu penulisan, ada yang secara deduktif dan atau induktif. Mencari data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka, penelitian lapangan, wawancara, seminar, diskusi, dan lain sebagainya.
2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik wawancara, angket, daftar kuesioner, dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan masalah yang dibahas
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan adalah suatu tulisan mengenai isi pokok secara garis besar dari bab I sampai bab terakhir atau kesimpulan dari suatu karangan ilmiah. Berdasarkan landasan teori
2. Bab Analisis/Bab Pembahasan
Bab ini merupakan bagian pokok dari sebuah karangan ilmiah,yaitu masalah-masalah akan dibahas secara terperinci dan sistematis. Jika bab pembahasan cukup besar, penulisan dapat dijadikan dalam beberapa anak bab.
3. Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan.
Yang dimaksudkan dengan saran adalah saran penulis tentang metode penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, atau beberapa saran yang ada relevansinya dengan hambatan yang dialami selama penelitian.
Bagian Penutup
1. Daftar Pustaka
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan penyusunan karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk artikel, makalah, skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan adalah judul pustaka.
2. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)
3. Penulisan Indeks (jika diper lukan)
G. Menulis Laporan Hasil Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian tidak hanya sistematis, tetapi juga harus dilakukan dengan metode ilmiah.
Sebuah penelitian pada awalnya harus ada masalah yang akan dicari pemecahannya. Pemecahan itu harus ditempuh secara ilmiah, sistematis, dan logis. Fakta yang dihadapai harus merupakan fakta empiris dan penyelidikannya dilakukan secara berhati-hati serta bersifat obyektif. Suatu penelitian dikerjakan melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap pelaporan (All, 1985 : 23-26)
Tahap perencanaan terdiri atas perumusan masalah, pendahuluan, penyusunan rancangan penelitian. Dalam tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan data, pengelompokan, dan analisis. Tahap berikutnya, tahap pelaporan, diisi dengan kegiatan penulisan dan penggandaan hasil penelitian agar dapat dibaca, diketahui, dan dimanfaatkan oleh orang lain yang memerlukannya.
2. Teknik-teknik penelitian, yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
– Teknik kuantitatif merupakan teknik yang menggunakan perhitungan angka seperti penelitian survei, korelasional, eksperimental, kasus, tindakan, dan sejenisnya. Sedangkan
– Teknik kualitatif yang tidak menggunakan perhitungan angka, bisa berupa penelitian isi, riwayat hidup, dan sejenisnya.
Berikut ini disajikan secara berturut-turut contoh format sebuah penelitian, bagan arus kegiatan penelitian, bagan komponen rancangan penelitian, daftar isi laporan penelitian, dan artikel hasil penelitian.
3. Format Laporan Penelitian Penelitian Kuantitatif
a. Bab I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah (bila diperlukan) dengan pengertia berikut ini.
1) Latar belakang penelitian berisi penjelasan secara argumentatif bagaimana penelitian sampai pada keputusan untuk melakukan penelitian (sesuai dengan topik yang tertera dalam judul penelitian), dengan menunjukkan adanya masalah dan signifikansi penelitian.
2) Identifikasi masalah berisi rumusan masalah yang relevan dengan judul penelitian.
3) Pembatasan masalah memuat pernyataan peneliti tentang ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek metodologis, kelayakan di lapangan dan keterbatasan yang ada pada peneliti tanpa mengorbankan kebermaknaan, konsep, atau judul penelitian.
4) Perumusan masalah berisi rumusan permasalahan penelitian yang berwujud kalimat pernyataan atau pertanyaan dan dapat dibagi atas beberapa subpermasalahan.
5) Tujuan penelitian berupa pernyataan tentang target penelitian.
6) Kegunaan atau manfaat penelitian berisi penjelasan tentang kegunaan atau manfaat hasil penelitian bagi pihak tertentu, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
7) Batasan istilah berisi batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian agar antara peneliti dan pembaca memiliki pemahaman atau persepsi yang sama.
b. Bab II Kajian Teori
Bab ini berisi deskripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan pengajuan hipotesis atau alternatifnya, dengan pengertian sebagai berikut.
1) Deskripsi teori merupakan penjelasan tentang teori yang relevan dengan masalah penelitian agar diperoleh suatu legitimasi konseptual. Unsur-unsur suatu teori hendaknya tampak jelas, misalnya definisi dan asumsi.
2) Penelitian yang relevan berisi kajian berbagai hasil penelitian orang lain yang relevan dengan masalah penelitian. Subbab ini dapat dijadikan satu dengan sub bab deskripsi teori di atas.
3) Kerangka pikir berupa uraian tentang pola hubungan antarubahan atau antarkonsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah penelitian.
4) Pengajuan hipotesis berisi rumusan hipotesis penelitian yang disusun berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat. Hipotesis dirumuskan secara rinci, jelas, singkat, dan lugas serta mengikuti aturan atau kebiasaan dalam penelitian.
Bab ini tidak harus diberi judul kajian teori, tetapi dapat diberi judul sesuai dengan topik tujuan. Bab ini secara fleksibel bisa disusun menjadi beberapa subbab sesuai kebutuhan.
c. Bab III. Cara Penelitian
Bagian ini berisi desain penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, pengumpulan data, teknik analisis data, hipotesis statistik, dan definisi operasional.
1) Desain penelitian berupa penjelasan tentang rancangan penelitian, mulai dari jenis penelitian sampai pada penjelasan tentang ciri-ciri jenis penelitian tersebut.
2) Variabel penelitian memuat jenis, ciri, dan skala variabel penelitian.
3) Subjek penelitian memuat jenis dan pemerian populasi, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel, serta probabilitas kesalahan sampling (apabila diperlukan) disertai rasionalnya.
4) Pengumpulan data berupa penjelasan tentang bagaimana data penelitian diperoleh. Subbab ini dapat disajikan dalam dua bagian, yaitu penjelasan tentang instrumen pengumpulan data dan teknik pengumpulan data (elisitasi)
Instrumen pengumpulan data
(1) Pemerian jenis instrumen meliputi jenis instrumen, prosedur pengembangan instrumen, sifat-sifat yang dimiliki, dan contoh (apabila dimungkinkan)
(2) Pemerian kesahihan (validitas) yang dimiliki instrumen beserta bukti (data) pendukung
(3) Pemerian jenis kehandalan yang dimiliki instrumen beserta bukti (data) pendukung
(4) Untuk instrumen yang berupa tes, disertai butir analisis tes
5) Teknik pengumpulan data
Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah pengambilan data. Dalam hal ini, termasuk penelitian, simulasi, uji coba, dan kegiatan lain yang dialami oleh petugas pengumpul data. Dapat pula dimasukkan hal-hal konkret yang berhubungan dengan tempat, waktu, dan cara pengumpulan data. Apabila ada hal-hal atau kejadian yang signifikan yang diduga akan berpengaruh terhadap analisis data, perlu diuraikan atau dijelaskan pula dalam bagian ini.
6) Teknik analisis data, bagian ini memuat penjelasan secara rasional mengenai hal-hal berikut:
(1) unit analisis
(2) tes prasyarat uji statistik (apabila ada)
(3) teknik analisis statistik, dan
(4) kriteria penerimaan hipotesis
7) Hipotesis statistik (apabila ada) berupa sajian hipotesis dalam bentuk rumusan masalah. 8) Definisi operasional variabel berupa batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian yang berkenaan dengan sejumlah variabel yang ada.
d. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian tentang hasil atau temuan penelitian dan pembahasannya dapat disajikan dalam suatu kesatuan atau terpisah.
1) Hasil penelitian berupa sajian tentang hasil analisis data. Penyajian ini disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pertanyaan dan atau hipotesis penelitian. Untuk memperjelas penyajian secara visual, tabel atau gambar dapat digunakan
2) Pembahasan hasil penelitian berupa sajian tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil penelitian. Penafsiran dan pemaknaan harus didukung dengan rujukan-rujukan yang relevan dalam sajian pembahasan temuan ini penelitian ini, terdapat pula penjelasan mengapa dan bagaimana hasil penelitian itu terjadi atau tidak terjadi.
3) Diskusi berupa penjelasan tentang hasil penelitian. Kegagalan pembuktian hipotesis perlu didiskusikan dengan menunjukkan fakta, faktor, dan sebab-sebab yang memungkinkan terjadinya “kegagalan” tersebut
e. Bab V. Penutup
Bagian ini terdiri dari simpulan, diskusi, implementasi, serta saran. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1) Simpulan memuat butir-butir penting temuan penelitian. Penyajian simpulan ini disusun menurut jumlah, uraian masalah, dan hipotesis penelitian. Fakta-fakta penting, misalnya angka-angka statistik, dapat disebutkan kembali pada bagian ini dengantetap menjaga keringkasan dan kelugasan sajian.
2) Implikasi berupa penjelasan tentang konsekuensi adanya temuannpenelitian, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Berdasarkan temuan penelitian, peneliti berhak menyatakan bahwa penelitiannya telah memperkuat teori yang digunakan dalam kerangka teori penelitian, atau meragukan teori tersebut, atau menemukansatu teori baru.
3) Saran-saran yang disampaikan oleh peneliti harus dirumuskan secara konkret dan operasional serta berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian. Saran-saran juga dapat diajukan untuk penyelenggaraan penelitian lanjutan, baik yang bersifat pengulangan maupun penelitian baru, dengan menyebutkan komponen yang perlu ditekankan dalam penelitian lanjutan tersebut.
H. Proposal
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak kegiatan yang dilakukan, baik secara individu maupun secara kelompok. Setiap kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan harapan yang ingin diraih. Penetapan tujuan kegiatan itu penting sebagai arah kegiatan yang akan dilakukan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sebaiknya dibuat rencana kegiatannya terlebih dahulu agar semua kegiatan terencana dan terarah dengan baik. Rencana kegiatan tersebut dikenal dengan nama proposal yang di dalamnya memuat program-program kegiatan. Rencana kegiatan tersebut, berisi strategi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir. Maka dari itu, Proposal dapat didefinisikan sebagai rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal
Contoh format penyusunan proposa kegiatan
1. Nama kegiatan (Judul)
Nama kegiatan/judul yang akan dilaksanakan tercermin dalam judul proposal.
2. Latar belakang
Latar belakang proposal berisi pokok-pokok pemikiran dan alasan perlunya diadakan kegiatan tertentu.
3. Tujuan
Penyusunan proposal harus merumuskan tujuan sedemikian rupa agar target yang akan dicapai dapat dirasakan oleh pembaca proposal. Oleh karena itu,tujuan harus dijabarkan supaya tampak manfaatnya.
4. Tema
Tema adalah hal yang mendasari kegiatan tersebut.
5. Sasaran/peserta
Penyusun proposal harus menetapkan secara tegas siapa yang akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
6. Tempat dan waktu kegiatan
Dalam proposal harus dituliskan secara jelas kapan dan di mana kegiatan akan dilaksanakan.
7. Kepanitiaan
Penyelenggara atau susunan panitia harus dicantumkan dalam proposal dan ditulis secara rinci.
8. Rencana anggaran kegiatan
Penulis proposal harus menyusun anggaran biaya yang logis dan realistis, serta memperhatikan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
9. Penutup
Berisi ucapan terima kasih
I. Artikel Dan Majalah Dinding
1. Definisi Artikel
Artikel dapat didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa fenomena itu terjadi.
Artikel dapat menawarkan wawasan baru, baik berupa teori maupun keterampilan atau alternatif pemecahan masalah.
Artikel-artikel dalam berbagai majalah dan surat kabar pada umumnya dapat digolongkan sebagai karangan eksposisi. Karangan yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, agama, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi, kesusastraan, hukum, dan lain-lain.
Artikel juga dapat digolongkan sebagai karangan argumentasi. Karangan yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta-fakta, analisis fakta-fakta itu, dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semua ini merupakan argumentasi yang digunakan oleh pengarang untuk meyakinkan pembaca.
Definisi artikel atau pengertian artikel dibahas oleh berbagai tulisan dan literatur, namun definisi yang paling ringkas dan paling sederhana adalah definisi artikel menurut kamus besar bahasa indonesia. Menurut KBBI, pengertian artikel adalah “karya tulis lengkap” misalnya laporan berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini sebuah artikel idealnya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas.
Oleh karena itu, beberapa orang kemudian mencoba untuk merinci ciri-ciri sebuah artikel, yakni;
a. Lugas
b. Logis
c. Tuntas
d. Obyektif
e. Cermat
f. Jelas dan padat
Akan tetapi, karena tidak ada aturan baku sebuah artikel, maka sebagian orang menyanggah pendapat mengenai ciri-ciri artikel diatas karena penulisa artikel bisa tergantung karena tujuan dituliskannya artikel. Tujuan penulisan artikel paling misalnya;
a. Tujuan Penugasan
Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tujuan untuk menulis sebuah artikel.
b. Tujuan Informasi
Artikel yang tujuannya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
c. Tujuan Persuasi (membujuk)
Artikel yang mengulas sesuatu hal yang didalamnya terkandung muatan pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Secara tidak langsung, ini menjadi sanggahan akan ciri obyektif sebuah artikel yang telah disebutkan diatas.
d. Tujuan Entertainment
Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
e. Tujuan Eksistensi
Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
f. Tujuan Kreatif
Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
g. Tujuan Pemecahan masalah
Yakni artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa batas-batas dari penulisan artikel bisa menjadi lebih luas. Dengan kata lain, definisi artikel atau pengertian artikel bisa tergantung pada konteks keilmuan yang dihadapi oleh seorang penulis artikel
2. Majalah Dinding
Sebagai pelajar, Anda tentu menjadi bagian dari kalangan intelektual. Kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah kegiatan penulisan artikel yang dipublikasikan melalui majalah dinding atau mading. Latihan ini akan sangat berguna untuk mengasah kemampuan Anda dalam mempersiapkan diri masuk kalangan intelektual.
Mengingat pentingnya latihan menulis artikel ini, maka perlu adanya rencana untuk membuat majalah dinding. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan majalah dinding adalah sebagai berikut.
a. Jarak pandang, majalah dinding harus dapat dibaca jelas pada jarak + 2 m. Tata Letak untuk majalah dinding
b. Layout (tata letak), jangan hanya memperhitungkan segi seni/keindahan, tetapi utamakan kenyamanan dan kejelasan membaca. Majalah dinding + berukuran 60 x
c. Ukuran 80 cm, atau disesuaikan tempat.
d. Isi artikel, artikel harus bersifat netral atau tidak ada tujuan memihak siapapun. Setiap majalah dinding yang dibuat
e. Tema , harus fokus pada satu tema, misalnya lingkungan, sosial, seni, musik, dan lain-lain.
f. Pembaca,harus disesuaikan dengan calon pembaca.
g. Bahasa, agar terbiasa dengan bahasa baku, usahakan setiap tulisan menggunakan bahasa baku yang tetap menarik.
h. Isi madding, Opini, fakta, problematika masalah pelajar dan penyelesaiannya, TTS, pengetahuan baru secara teori atau keterampilan, karikatur, sastra, pojok (berisi humor, pesan, tulisan singkat), dan lain-lain.
J. Macam-macam Paragraf
Berikut ini uraian singkat mengenai macam-macam paragraf beserta contoh-contohnya.
Ada 5 macam paragraf:
1. Narasi: paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
2. Deskripsi: paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.
Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan
Contoh:
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
3. Eksposisi: paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
Ciri-cirinya: ada informasi
Contoh:
Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
4. Argumentasi: paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh:
Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan ”meta penampilan” siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
5. Persuasi: paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu
Contoh:
Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
K. Pola pengembangan paragraf
Pola pengembangan paragar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain adalah ;
1. pola pengembangan paragaf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat khusus. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya berada di awal paragraf
2. Pola Pengembangan Paragaf Induktif,
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Pola pengembangan paragraph induktif dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
a. Generalisasi, Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
contoh:
Gelombang cinta merupakan salah satu jenis anthurium yang mempunyai harga mahal. Jenmani juga merupakan anthurium yang banyak dicari karena harganya yang fantastis. Selain karena harganya, jenmani dicari penggemar tanaman hiasa karena keindahan daunnya. Tidak hanya jenmani dan gelombang cinta yang dicari penggemar tanaman hias, namun semua jenis anthurium ikut diburu penggemar tanaman hias karena memiliki harga yang tinggi
b. Analogi, Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
Contoh:
Gelombang cinta dapat dilihat dari gelombang daunnya. Indahnya gelombang cinta sama seperti gelombang air. Semakin banyak gelombang yang dihasilkan daunnya, semakin indah pula gelombang cinta. Begitu juga dengan gelombang air, semakin bergelombang air semakin indah untuk dinikmati. Dengan demikian, indahnya gelombang cinta dan air terletak pada gelombang yang dihasilkan
c. Sebab-akibat, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya sebab bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Gelombang cinta memiliki daun yang bergelombang, harga gelombang cinta juga tinggi. Tidak hanya itu, kepopuleran gelombang cinta membuat orang ingin memilikinya. Tidak heran banyak orang ingin membudidayakan gelombang cinta.
d. Akibat-sebab, Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau perincian yang bersifat khusus.
Contoh :
Para pembeli gelombang cinta terpaksa berdesak-desakan di luar took. Mereka juga berdesak-desakan di dalam took. Mereka ada yang duduk, ada yang berdiri, ada pula yang antre. Bahkan, ada yang duduk beralaskan Koran. Mereka rela mengantre karena harga gelombang cinta di took itu sangat murah
3. Pola Pengembangan Paragraf Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
4. Pola pengembangan paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh bagian paragraf.
5. Pola pengembangan paragraf ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah bagian paragraf

Sumber : http://sugikmaut.blog.com/?p=15

TEORI PEMBANGUNAN

Mc. Clelland menyampaikan tentang motivasi berprestasi atau juga sering disebut sebagai kebutuhan berprestasi yaitu keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang bagi para wiraswastawan melalui cara kerja yang baik yaitu dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya. Penelitan yang dibuat oleh Mc. Clalland menemukan bahwa suatu Negara yang memiliki kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi maka akam mempunyai kesempatan untuk lebih mencapai kemajuan. Hal tersebut diketahui pula dari penelitian yang dilakukan di antar Negara dimana Negara yang memiliki derajat yang lebih tinggi kebutuhan berprestasinya, maka memiliki derajat yang lebih tinggi pada pembangunan ekonominya.
 Kekurangan dari Teori
1. Teori ini tidak memberikan penjelasan bagaimana cara seseorang atau orang-orang di suatu Negara memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi. Kita semua juga mungkin dapat juga mempunyai anggapan justru kebutuhan untuk berprestasi itu bukanlah merupakan prasyarat dari kemajuan tetapi juga merupakan hasil dari kemajuan suatu masyarakat atau Negara. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan di masyarakat yang masih subsisten, dijumpai kenyataan mereka tidak mempunyai kebutuhan untuk berprestasi.
2. Teori ini tidak memperhatikan kesulitan-kesulitan yang seringkali dihadapai oleh masyarakat/ Negara yang meskipun sudah memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi tetapi tidak maju karena hambatan-hambatan struktural yang sering membelit mereka. Hambatan-hambatan stuktural tersebut sering kita lihat misalnya pada hambatan geografis, topografis bahkan idiologis. Orang-orang dengan kondisi stuktural yang ekstim tersebut sering kali tidak berdaya untuk berubah menjadi maju padahal mereka sudah memiliki keinginan yang tinggi untuk berprestasi dan melakukan banyak hal untuk menopang kemajuan.
 Kelebihan dari Teori
1. Memberikan kesadaran pada pengambil kebijakan Negara bahwa seseorang di suatu Negara berpengaruh pada kemajuan. Oleh karena itu, Negara akan membuat kebijakan agar para pribadi di Negara tersebut didorong untuk memiliki keinginan yang tinggi untuk berprestasi demi tercapainya kemajuan suatu Negara. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Negara misalnya melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.

ETIKA PROTESTAN (MAX WEBER)

Teori ini didasarkan pda fenomena empiris dimana Max Weber menemukan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara afiliasi agama protestan pada kondisi pra kapitalis pada kemajuan. Hal tersebut didasarkan pada fenomena banyak dijumpainya agen-agen penting (pimpinan perusahaan, tenaga teknis, dan komersial terlatih yang cenderung didominasi oleh orang-orang protestan). Etika protestan mendorong seseorang untuk bekerja sungguh-sungguh, tidak berfoya-foya, tidak konsumtif, sehingga hal-hal tersebut mendorong kesuksesan. Bagi Weber, hal inilah yang dianggab berpengaruh besar pada peralihan dari ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern.
 Kekurangan dari teori
1. Teori ini hanya menjelaskan secara parsial variabel tingkat afiliasi seseorang pada etika protestan, tanpa berusaha menggali variabel lain yang bekerja seperti misalnya budaya masyarakat, konflik sosial, aspek politis dan variabel yang lain yang masih mungkian berpengaruh.
2. Teori ini tidak memberikan saran/ kejelasan teknis pencapaian, padahal spiritualitas, kepatuhan pada agama merupakan sesuatu yang bersifat personal dan sulit dikontrol oleh lembaga-lembaga sosial maupun Negara. Oleh karena itu teori ini lebih kearah hanya pembuktian dari suatu fenomena tanpa arahan yang jelas untuk mengkondisikan pada suatu fenomena.
 Kelebihan dari teori
1. Memberikan alternatif pemikiran dan pembuktian bahwa tidak selamanya spiritualitas dan kepatuhan pada agama bersifat oposan dengan kemajuan. Hal tersebut juga dapat memberikan jawaban pada para Marxism yang selama ini beranggapan bahwa spiritualitas agama hanya merupakan ampas dari Super struktur.
2. Agama seringkali memberikan efek-efek pada stabilitas sosial, kenyamanan sosial sehingga ketika teori ini memberikan kejelasan bahwa terdapat keselarasan antara agama dengan kemajuan, maka agama dapat menjalankan peran aktifnya dalam mengamankan kemajuan dari efek-efek negatif yang kemungkinan terjadi seperti misalnya ketidak nyamanan sosial dan distabilitas sosial.

TEORI ROSTOW

Menjelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, dimana masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi tinggi. Pada masa tradisional hanya mengalami sedikit perubahan sosial, atau mengalami kemandegan sama sekali. Kemudian berlahan-lahan Negara mengalami perubahan dengan adanya kaum usahawan, perluasan pasar, pembangunan industri. Perubahan ini adalah prakondisi untuk mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap lepas landas.
 Kekurangan dari Teori
1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia.
 Kelebihan dari Teori
1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1) masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a) Dana investasi dari pajak yang tinggi
b) Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c) Melalui perdagangan internasional
d) Investasi langsung modal asing

Lapisan “base” mempunyai komposisi produksi material, uang, objek, hubungan dengan produksi dan kekuatan produktif. Oleh karena itu, Base Structure adalah dunia nyata, ditambah dengan hubungan ekonomi yang membangkitkan kapital. Lapisan kedua, “superstructure”, ditentukan oleh institusi politis ideologis, hubungan sosial kita, seperangkat ide, budaya, harapan, mimpi dan semangat kita. Super Structure berarti juga sebagai dunia jiwa dibentuk oleh kapital. Dalam dunia yang kapitalis Base Structure dikendalikan oleh Super Structure karena keuntungan mengendalikan produksi dan kemudian mendominasi buruh. Kelas pekerja ditekan oleh kelompok kuat untuk menghasilkan keuntungan bagi mereka. Melalui ide base-superstructure, Marx percaya bahwa sistem produksi menjadi dasar (base) yang menentukan struktur sosial secara keseluruhan. Dalam pandangan marxisme klasik, sistem produksi yang menindas hanya dapat dimusnahkan dengan cara perjuangan kelas, yaitu dengan revolusi yang berakhir pada penghapusan hak kepemilikan. Pandangan yang biasa disebut “kritik terhadap politik ekonomi” (critique of political economy) ini bahkan percaya, melalui ide dialektika historis, bahwa struktur sosial akan berujung pada runtuhnya kapitalisme dan terwujudnya masyarakat tanpa kelas.
 Kelebihan dari Teori
1. Teori ini menawarkan tentang sebuah konsepsi tentang struktur kelas melalui pola hubungan antara Super Structure dan Base Structure sehingga terdapat kejelasan relasi diantara keduanya yang belum pernah diungkapkan oleh teori yang lain.
2. Memberikan jalan alternatif bagaimana membuat solusi dari perubahan dari kondisi ketimpangan yang terjadi itu melalui revolusi sosial melalui revolusi komunis yang berarti tidak adanya lagi kepemilikan perorangan.

 Kekurangan dari Teori
1. Kritik yang disampaikan oleh Neo Marxis menunjukkan kekurangan teori Super Structure dan Base Structure ini. Mereka menyatakan bahwa proses dan struktur sosial tidak semata-mata ditentukan oleh sistem ekonomi dan produksi tetapi ditentukan juga oleh banyak hal yang lain, seperti misalnya budaya, tradisi, kepercayaan dsb.
2. Revolusi sosial bukan merupakan satu-satunya jalan dalam perubahan struktur sosial yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan terbukti di beberapa tempat seperti Rusia, Eropa Timur, Amerika Latin, revolusi sosial justru berakibat pada kerusakan struktur sosial dan sulit disembuhkan yang kemudian disusul oleh kekuasaan yang lebih totaliter dan dominatif dari pada struktur kekuasaan pada saat sebelum terjadi revolusi sosial.

Sumber :
http://zunaidasayang.blogspot.com/

PENGERTIAN DAN BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

PENGERTIAN DAN BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan. Weimer and Vining, (1998:1): The product of policy analysis is advice. Specifically, it is advice that inform some public policy decision. Jadi analisis kebijakan publik lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan.
Analisis kebijakan publik bertujuan memberikan rekomendasi untuk membantu para pembuat kebijakan dalam upaya memecahkan masalah-masalah publik. Di dalam analisis kebijakan publik terdapat informasi-informasi berkaitan dengan masalah-masalah publik serta argumen-argumen tentang berbagai alternatif kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak pembuat kebijakan.
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn (2000: 117) membedakan tiga bentuk utama analisis kebijakan publik, yaitu:
1.Analisis kebijakan prospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.
2.Analisis kebijakan retrospektif
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga tipe analisis retrospektif ini terdapat kelebihan dan kelemahan.
3.Analisis kebijakan yang terintegrasi
Analisis Kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.

Sumber:
buku Analisis Kebijakan Publik karya Liestyodono
http://massofa.wordpress.com/2008/10/15/pengertian-dan-bentuk-analisis-kebijakan-publik/

Sistem Kredit Syariah

Mengacu pada hukum ekonomi Islam, utang-piutang harus dikembalikan atau diterima dalam jumlah yang sama dan tak boleh lebih besar karena be...